Menghitung Kebutuhan Asuransi

Kata kunci dalam cerita THE WALL OF BABYLON adalah perlidungan yang memadai. Kalaupun Babylonia memiliki tembok, tetapi tidak cukup tebal dan kuat untuk melindungi warganya, maka akan mengalami kesulitan. Kesimpulan kisah THE WALL OF BABYLON adalah, perlindungan memadai merupakan hal penting. Perlindungan yang tidak memadai, tidak mencukupi tidak berarti apa-apa.

Asuransi jiwa dan kesehatan merupakan salah satu perlindungan memadai yang dapat kita gunakan. Dengan asuransi, kita melindungi jiwa kita dan anggota keluaga. Sehingga jika terjadi risiko terhadap pencari nafkah, pasangan, anak, atau anggota keluarga yang ditinggalkan hidupnya tidak terlalu berubah drastis.

Misalkan Anda seorang pencari nafkah utama dalam keluarga, memiliki dua anak balita dan pasangan yang tidak bekerja, pengeluaran sebesar Rp 5 juta per bulan. Anda sudah memiliki polis asuransi dengan pertanggungan Rp 250 juta. Apakah cukup ? Tentu tidak. Asal tahu saja, uang pertanggungan asuransi yang hanya Rp 250 juta itu akan habis dalam waktu 50 bulan saja atau sekitar 4 tahun dengan asumsi pengeluaran tetap sebesar Rp 5 juta per bulan.

Bagaimana dengan kebutuhan selanjutnya? Bagaimana dengan kebutuhan biaya sekolah anak, biaya hidup sehari-hari ? Sebagian besar orang yang membeli polis asuransi mengasuransikan dirinya lebih kecil dari kebutuhannya (underinsured).

Oleh sebab itu, penting sekali untuk mengetahui bagaimana menentukan uang pertanggungan yang mencukupi. Sehingga dengan uang pertanggungan tersebut dapat digunakan oleh keluarga setidaknya hingga anak terkecil sudah dapat mandiri dan menghidupi dirinya sendiri.

Ada beberapa cara untuk menghitung seberapa besar sebenarnya perlindungan yang Anda perlukan.

  1. Metode HUMAN LIVE VALUE (HLV)

    Metode ini dihitung berdasarkan pendapatan atau pengeluaran perbulan. Sebagai contoh sebuah keluarga dengan seseorang pria berusia 35 tahun, seorang istri dan seorang anak berusia 5 tahun dengan pendapatan per bulan 5 juta. Dengan asumsi menabung di asuransi 20 tahun, hal ini dimaksudkan agar ketika anak berusia 25 tahun sudah dapat menghidupi dirinya sendiri.

    Dengan data diatas maka kita dapat mengitung dengan cara 5 juta X 12 bulan = 60 juta per tahun. Jika rencana menabung adalah 20 tahun dengan pertimbangan usia anak yang masih 5 tahun maka :

    60 juta X 20 tahun = 1,2 miliar Rupiah.

    Proteksi atau jaminan yang diberikan harus 1,2 miliar agar ketika sesuatu terjadi, anggota keluarga yang lain masih dapat hidup dengan layak seperti saat ini, selama 20 tahun kedepan. Benar adanya nyawa seseorang tidak dapat diukur dengan nominal tertentu. Namun cara ini sangat membantu menentukan berapa besar penghasilan yang dapat dilindungi.

  2. Metode INCOME BASED VALUE (IBV)

    Seperti halnya metode HLV, perhitungan IBV menggunakan penghasilan atau pengeluaran bulanan sebagai dasar perhitungan. Namun dengan menggunakan besaran investasi tertentu agar dapat menghasilkan dana sebagai pandapatan tetap ketika pencari nafkah tidak dapat bekerja lagi.

    Di Indonesia, investasi yang “bebas risiko” atau investasi dengan risiko paling minimal adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Obligasi Ritel Republik Indonesia (ORI). Jika sebagai contoh tingkat bunga ORI 7% per tahun, dan dikurangi pajak 20% maka didapatkan nilai 6,8% per tahun atau 0,56% per bulan.

Masih tetap menggunakan contoh sebuah keluarga diatas dengan pendapatan 5 juta per bulan. Dari nilai 0,56% per bulan dari ORI maka, 5 juta / 0,56% = 893 juta. Jadi keluarga ini harus memiliki dana sebesar 893 juta yang diambil dari uang pertanggungan dan diinvestasikan di ORI dengan asumsi bunga 0,56% per bulan sebagai ganti biaya hidup 5 juta per bulan, meskipun pencari nafkah tidak dapat bekerja lagi.

  1. Metode SURVIVAL BASED VALUE (SBV)

    Cara ini memperhitungkan berapa kewajiban yang harus dilindungi dan berapa penghasilan yang harus dilindungi sampai orang yang ditinggalkan dapat bekerja. Sebagai contoh suami meninggal, dengan perhitungan metode ini berarti sang istri diasumsikan akan bekerja setelah suami meninggal dunia.

    Point utama dari metode ini adalah semakin besar kewajiban atau utang yang harus dibayar, berimbas pada semakin besar nilai pertanggungan asuransi yang dibutuhkan. Pertimbangkan juga, semakin tinggi pendidikan dan makin banyak pengalaman kerja pasangan, diasumsikan pula semakin cepat dia mendapat pekerjaan. Anda juga perlu menghitung dana darurat yang telah dimiliki.

  • Contoh: sebuah keluarga dengan satu anak usia 5 tahun. Sang ayah berusia 35 tahun berpenghasilan10 juta per bulan. Istri berusia 30 tahun dan baru setahun menjadi ibu rumah tangga. Sebelumnya, istri bekerja dengan penghasilan 5 juta per bulan. Dengan rincian biaya sebagai berikut:

    • Keluarga ini memiliki rumah yang dibeli dengan kredit pemilikan rumah (KPR) senilai 500 juta. Sisa utang KPR mereka sebesar 350 juta itu dibayar dengan mencicil 2 juta per bulan.

    • Selain harus mencicil rumah, kebutuhan hidup keluarga ini sebesar 5 juta per bulan. Masih ada lagi kewajiban mencicil investasi dan premi asuransi sebesar 3 juta per bulan. Total pengeluaran per bulan mereka adalah 10 juta.

    • Dana darurat yang mereka miliki sebesar Rp 50 juta.

Dana darurat mereka sebesar Rp 50 juta cukup untuk menutup biaya hidup sehari-hari selama 5 bulan. Sementara itu, dengan memperhitungkan pengalaman kerja dan keahlian istri, dapat diasumsikan istri akan mudah dan dalam waktu relatif cepat bisa kembali bekerja di bidang yang sama seperti sebelum berhenti dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga.

  • Jika diasumsikan penghasilan istri kini lebih besar 10-20 persen. Berarti potensi penghasilan keluarga ini adalah sebesar 6 juta per bulan.

  • Setelah dikurangi biaya cicilan KPR sebesar 2 juta per bulan karena biasanya sudah dilunasi asuransi kredit, biaya hidup baru turun menjadi sebesar 8 juta.

  • Pendapatan istri yang besarnya 6 juta mengakibatkan keluarga ini masih mengalami kekurangan pendapatan sebesar 2 juta per bulan.

  • 2 juta x 12 bulan x 20 tahun adalah asumsi lama menabung di asuransi agar ketika anak berusia 25 tahun dapat menghidupi dirinya sendiri = 480 juta.

    Dengan perhitungan ini, diperlukan perlindungan sebesar Rp 480 juta untuk keluarga ini jika ditinggalkan oleh kepala keluarga dan si istri kemudian kembali bekerja.

Jadi, berapa sebenarnya keperluan proteksi Anda, silakan hitung dengan cermat. Jangan sampai menyesal karena proteksi yang Anda miliki jauh dari mencukupi. Tentukan pilihan investasi dan perlindungan yang sesuai dengan keluarga Anda.

Leave a comment