Inflasi Dan Dampak Pada Kesehatan

Harga naik, kesehatan menurun

Harga bahan bakar telah naik. Pernahkah Anda analisa dampaknya bagi kesehatan Anda? Bagi Keluarga? Penulis mencoba memaparkan kondisi sebenarnya yang terjadi ketika suatu harga dalam hal ini Bahan Bakar Minyak mengalami kenaikan.

Untuk sampai pada pemaparan lebih lanjut penulis mengawali dengan Hukum Ekonomi terutama berkaitan dengan Inflasi dan daya beli..

Mengambil dari wikipedia, dikatakan bahwa “In economics, inflation is a rise in the general level of prices of goods and services in an economy over a period of time.[1] When the general price level rises, each unit of currency buys fewer goods and services. Consequently, inflation reflects a reduction in the purchasing power per unit of money” (http://en.wikipedia.org/wiki/Inflation)

Diterjemahkan menjadi “Dalam istilah ekonomi, Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan dalam suatu masa. Ketika harga secara umum mengalami kenaikkan akibat Inflasi maka konversi nilai unit dari mata uang terhadap barang dan jasa menjadi turun. Konsekwensinya Daya beli menjadi turun.” Contoh riil adalah mata uang 100 rupiah saat ini sudah tidak banyak beredar. Dahulu ketika penilis masih sekolah dasar mata uang 100 rupiah ini cukup besar nilainya. Bisa beli jajan sekolah, menabung, dan sebagainya. Sama-sama nominal 100 rupiah, numun konversi unitnya telah berubah.

Mengetahui bahwa ada pengaruh kenaikan harga terhadap daya beli maka selanjutnya penulis masuk pada inti permasalahan yaitu dampak pada kesehatan.

Saat ini komponen utama dari harga barang dan jasa secara keseluruhan dipengaruhi oleh Harga Bahan Bakar Minyak. Karena negara kita mesih tergantung pada Minyak untuk menjalankan roda perekonomian maka kenaikkan harga Minyak menyebabkan inflasi. Dampak bagi pengusaha adalah menaikkan harga, namun jika dinaikkan daya beli tetap atau bahkan turun. Apa yang dilakukan? Yang dilakukan adalah Menurunkan jumlah komponen pendukung. Salah satu contoh riil adalah makanan populer di Indonesia dan dunia, bakso.

Harga Bahan Bakar Minyak naik – harga daging sapi naik – harga semangkok bakso turut naik – namun tidak diimbangi daya beli masyarakat – maka pengusaha akan mengurangi bahan daging sapi, disimpan lebih lama, ditambahkan bahan pengawet – karena mutu bahan berkurang maka berdampak pada kesehatan. Ini adalah contoh pengusaha bakso. Bagaimana dengan pentol yang sering dimakan oleh Anak Anda atau Anda saat ini masih memakannya? Bagaimana dengan jajan murah lainnya? Pernahkah Anda memikirkannya? Tahu proses pembuatannya?

Mungkin Anda beragunen bahwa tidak sering-sering makan, sudah berkurang, saya makan bertahun-tahun tidak apa-apa dan sebagainya. Apakah ketika Anda makan langsung terasa efek negatifnya? Tentu tidak bukan? Maka jangan disimpulkan tidak ada efek negatifnya. Hal yang sama berlaku pada jenis makanan lain.

Bagaimana dengan jasa? Kita ambil contoh jasa bengkel. Dalam beroperasi sebuah bengkel membutuhkan komponen pendukung seperti listrik, spare part salah satunya. Bila suatu harga naik dalam hal ini Bahan Bakar Minyak – akan berimbas pada naiknya komponen pendukung – berakibat pada naiknya harga atau biaya perawatan – Jika Anda belum bisa menservice kendaraan sendiri otomatis membutuhkan jasa mereka – Jika Anda tergantung pada mereka dengan biaya yang naik tersebut mengakibatkan jarang ke bengkel untuk perawatan kendaraan – Efek langsungnya adalam boros Bahan Bakar Minyak – Jika boros berarti banyak polusi – menyebabkan penyakit kritis dan kecelalaan.

Mengapa penulis katakan demikian? Karena penulis adalah praktisi otomotif.

Satu mata rantai yang tak terpisahkan dari satu komponen kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak yang dampaknya luar biasa padakendaraan. Sudahkah Anda memikirkannya? Sudah siapkah akan konsekwensi yang mungkin terjadi? Klik disini untuk mengetahui lebih lanjut. Bagikan informasi ini pada keluarga, orang dekat, teman.

Leave a comment